Haloapakabar pembaca JawabanSoal.id! Apakah kamu sedang memerlukan jawaban atas soal berikut: Pengenalan cerita beserta kutipan d dalam cerpen robohnya surau kamimaka kamu ada di halaman yang tepat. Kita sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang susah dijawab. Seringkali kita cuma butuh suatu jawaban yang sebenar benarnya tentang pertanyaan dan Ringkasan novel Robohnya Surau Kami Robohnya Surau Kami Navis A. Ringkasan Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis ,Tuan akan berhenti di dekat pasar . Melangkah lah menyusuri jalan raya arah ke barat . Maka kira - kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampung ku . Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang orang tua yang biasanya duduk disana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat . Sudah bertahun-tahun ia menjaga surau itu. Orang - orang biasa memanggilnya Kakek . Sebagai penjaga surau, kakek itu tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali sejumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantar kan fitrah ID kepadanya Kakek itu biasa di kenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaan nya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan biasa yang biasa minta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Dan para laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang juga uang. Tapi yang lebih sering diterimannya ialah ucapan terimah kasih dan sedikit memperlihatkan senyuman kepadanya. Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang . Ia sudah meninggal . Dan tinggalah surau itu tanpa penjaganya. Hingga terkadang anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala hal apa yang mereka sukai. Dan peremouan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopotin papan dinding atau lantai di malam hari. Jika orang lain datang sekarang , hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian surau tersebut yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat mungkin anak-anak yang bermain di dalamnya, secepat perempuan mencopoti sifat ketidak pedulian manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah cerita yang tak dapat diketahui tentang kebenarannya. B. Keunggulan Novel Keunggulan cerpen ini dari segi bahasa mudah dimengerti. Dari segi amanat cerpen ini memiliki pesan yang sangat religius dan dalam. B. Kelemahan Novel Kelemahan cerpen ini pemilihan kata masih banyak yang kurang baik. Dan dalam judulnya terdapat kata 'surau'. Kata surau’ identik dengan tempat beribadah umat muslim. Sehingga bagi pembaca awam yang memeluk agama non muslim merasa cerpen ini diperuntukan hanya untuk umat muslim saja. Jika ingin mengakses Ringkasan Novel Harimau-harimau Anda dapat menyalin link berikut Terimakasih kepada Aa Navis atas karya beliau, Robohnya Surau Kami. Pada masa kecil saya, kata surau sangat dekat di telinga. Rumah kami cuma bers Sudut pandang dari cerpen RSK karya Navis adalah “Aku tokoh tambahan”. Tokoh aku hadir untuk untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Setelah cerita tokoh utama habis, tokoh aku tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berenti di dekat Dan di pelataran kiri suaru itu akan Tuan temui orang tua yang biasanya duduk di saman dengan segala tingkah ketuannya dan ketaatannya beribadat. 54 Ibid., hlm. 5. 55 Ibid., hlm. 12. 56 Ibid., hlm. 13. 57 Ibid., hlm. 1. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Aku disini berperan sebagai pengantar cerita dalam memperkenalkan tokoh utama yaitu tokoh Kakek. Selain itu tokoh Aku juga menjadi pengantar pembaca untuk memasuki ke dalam cerita yang akan diceritakan langsung oleh tokoh utama tersebut. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu , kalau Kakek sudah membuka mulutnya, dia takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaanya Setelah tokoh utama berkisah sendiri mengenai pengalamannya secara langsung, tokoh Aku hadir kembali di akhir cerita untuk menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi selanjutnya pada tokoh utama dalam cerita ini. Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan “Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang 3. Alur 58 Ibid. 59 Ibid., hlm. 2. 60 Ibid., hlm. 4. 61 Ibid., hlm. 12. 62 Ibid., hlm. 13. Pada tahap penyituasian situation, kisah dimulai ketika Aku bertemu Tuan dan bercerita mengenai surau yang sebetar lagi akan roboh karena Kakek sudah tiada lagi sehingga tak ada yang merawatnya lagi. Tapi Kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya... 63 Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah Pada tahap pemunculan konflik generating circumstances dimulai ketika tokoh Aku bertemu Kakek yang sedang murung, tidak seperti biasanya yang selalu bergembira ketika bertemu tokoh Aku. Sekali hari aku datang pula mengupah kepada Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberi uang. Tapi sekali ini Kakek begitu Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan pernah salam tak disahutinya seperti saat itu. Kemudiang aku duduk di sampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek, “Pisau siapa, Kek?” “Ajo Sidi.”67 Pada tahap konflik yang semakin meningkat ditandai ketika tokoh Kakek mempertanyakan kesalahan atas tindakannya selama ini yang menurut bualan Ajo Sidi adalam manusia terkutuk. Tokoh Kakek pun mengalami konflik batin. ... “Apa ceritanya, Kek?” “Siapa?” 63 Ibid., hlm. 2. 64 Ibid. 65 Ibid. 66 Ibid., hlm. 2—3. 67 Ibid., hlm. 3. “Ajo Sidi.” “Kurang ajar dia,” Kakek menjawab. “Kenapa?” “Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggoroh tenggorokannya.” “Kakek marah?” “Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah begitu lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak ‗Alhamdulillah’ kataku bila aku menerima karunia-Nya. ‗Astagfirullah kataku bila aku terkejut. ‗Masya Allah’, kataku bila aku kagum. Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia Pada tahap klimaks, tokoh Kakek tidak kuat lagi akan konflik yang terjadi dalam dirinya. Pemuncakkan konflik tersebut tokoh Kakek menangis dan menceritakan bualan dari Ajo Sidi. “Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya.”70 Dan aku melihat mata Kakek berlinang aku jadi belas kepadanya. Dalam hati aku mengumpati Ajo Sidi. Tapi aku lebih ingin mengetahui apa cerita Ajo Sidi yang begitu memukul hati Kakek. Dan akhirnya Kakek bercerita Akhirnya tokoh Kakek bunuh diri sebagai tahap penyelesaian dari cerita ini. “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.”72 68 Ibid., hlm. 4. 69 Ibid., hlm. 5. 70 Ibid. 71 Ibid. 72 Ibid., hlm. 13. 4. Latar Latar tempat pada cerpen Robohnya Surau Kami tidak di jelaskan secara tersurat tetapi ada beberapa indikasi yang menunjukan latar tempat dari cerita tersebut. Kata garin kata asli dari bahasa daerah Padang yang artinya penjaga surau atau orang yang suka azan di surau atau mushola. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Selain kata garin, terdapat penyebutan kata Ajo untuk memangil tokoh Ajo Sidi. Ajo atau Uniang umum digunakan di daerah pesisir minang terutama di padang, padang pariaman, dan Maka dapat disimpulkan bahwa cerita pada cerpen ini terjadi di daerah Padang Pariaman. Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu Latar waktu peristiwa pada cerpen ini terjadi selama dua hari. Hal ini terlihat ketika tokoh aku mendatangi Kakek. Kemudian setelah hari itu tokoh Kakek diketemukan telah meninggal di waktu subuh. Sekali hari aku datang mengupah kepada Kakek. Biasanya kakek bergembira menerimaku, karena aku suka memberinya “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.”77 Latar sosial yang terjadi pada cerita yaitu keadaan masyarakat yang sangat senang mendengar dan membuat bualan dalam bentuk sindiran 73 Ibid., hlm. 1. 74Palito Alam, “dendeng Ciek Uda...Keapa Ikan Ciek Ajo” artikel di akses pada 19 Juli. http// 75 Robohnya Surau Kami. Jakarta Gramedia. 2010. hlm. 3. 76 Ibid., hlm. 2—3. 77 terhadap suatu hal. Hal ini juga terlihat karena masyarakat Pariaman memang sangat terkenal karena kemampuannya dalam menyindir dan Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya80 5. Tema Tema theme, menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita81. Tema dapat dibagi menjadi tema tradisional dan tema nontradisional. Pada umumnya tema tradisional merupakan tema yang digemari orang dengan status sosial apa pun, di manapun, dan kapanpun. Selain hal-hal yang bersifat tradisional, tema sebuah karya mungkin saja mengangkat sesuatu yang tidak lazim, katakan sesuatu yang bersifat nontradisional. Karena sifatnya yang nontradisional, tema yang demikian, mungkin tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, bahkan boleh jadi mengesalkan, mengecewakan atau berbagai reaksi afektif yang lain. Tema pada cerpen RSK karya Navis adalah Kelemahan Iman. Tema pada cerpen ini merupakan tema nontradisional karena akhir cerita pada cerpen ini tidak sesuai dengan harapan pembaca. Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, keserahkan kepada Allah subhanahu wataala. Tak 78 Idris, Soewardi, “ Navis dan Cerpen Dunia Akhirat.” Dalam Abrar Yusra, ed. Otobiografi Navis. Yogyakarta Pustaka Utama. 2008. hlm. 388. 79 hlm. 3. 80 Ibid. 81 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarya Gadjah Mada University Press, 2005, hlm. 67 pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku Di awal cerita seperti pada kutipan di atas cerpen ini memberikan harapan melalui tokoh utama protagonis bahwa tokoh protagonis ini merupakan perwujudan dari tokoh yang dapat dikagumi oleh pembaca namun pada akhir cerita hal yang mengecewakan terjadi yaitu tokoh utama protagonis melakukan perbuatan yang tidak diharapkan oleh pembaca yaitu bunuh diri. Perbuatan ini merupakan perbuatan melawan arus dari karakter nilai agama yang dimiliki oleh tokoh tersebut. “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia mengguruh lehernya dengan pisau cukur.”83 Dari unsur-unsur intrinsik yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen ini menyajikan karakter tokoh yang kuat. Hal ini terlihat dari dialog-dialog tokoh yang sangat menggambarkan karakter tokoh tersebut. Karakter tokoh juga sangat mewakili watak dari realitas yang ada. Ini terkait pula dengan latar sosial yang ingin disampaika Navis yang menggambarkan keadaan sosial masyarakat Padang Pariaman pada masa itu senang mencemooh melalui bulannya. Dari ide tersebutlah navis mengangkatnya menjadi sebuah karya sastra. Action dari pergerakan alur di awal cerita sangat padat namun dari bagian konflik hingga penyelesaian menjadi sedikit lambat. Hal ini terkait mengenai penjelasan sebab dari pemunculan konflik pada awal cerita yang dijelaskan pada bagian klimaks menuju penyelesaian. Tidak hanya itu, di akhir cerita pun pembaca masih dikejutkan karena tokoh utama yang tidak sesuai dengan harapan pembaca. Tokoh utama mati dengan cara yang tidak diinginkan oleh pembaca yaitu bunuh diri. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa cerpen ini menyajikan hal yang baru bagi perkembangan sastra pada 82 hlm. 5. 83 masa itu mungkin hingga saat ini. maka, wajarlah jika cerpen ini menjadi salah satu cerpen yang fenomenal dan masih dikritisi hingga saat ini. b. Respons Pembaca Remaja Terhadap Cerpen Robohnya Surau Kami Karya Navis Dalam penelitian mengenai respons pembaca remaja peneliti menggunakan cerpen RSK karya Navis karena seperti yang telah disampaikan pada penjelasan sebelumnya cerpen RSK karya Navis merupakan cerpen yang respons pembaca remaja terhadap cerpen RSK karya Navis menggunakan dua jenis kuesioner. Kuesioner pertama dengan nama kuesioner A dan kuesioner kedua dengan nama kuesioner B. 1. Kuesioner A Kuesioner A menggunakan pengembangan suatu metodologi sebagai landasan untuk menentukan rasionalisasi value judgments yang diberikan pembaca terhadap suatu teks sastra. Alasan yang mendasari orientasi yang lebih diarahkan pada pembaca karena adanya kenyataan bahwa dari pembaca itulah kita harus membuktikan reaksi evaluatif. Dalam kuesioner ini terbagi dua pertanyaan. Pertama, mengenai frekuesi responden dalam membaca cerpen. Kedua, petanyaan berpusat pada kriteria apa yang digunakan pembaca sebagai dasar penilaian pembaca terhadap teks sastra khususnya cerpen dan apakah pembaca menentukan fungsi estetis suatu teks sastra sebagai hal yang dominan. Hal ini juga berkaitan erat dengan jenis pembaca yang jadi fokus penelitian ini. Maka diberikan pula penilaian mengenai tingkat kebiasaan pembaca dalam membaca cerpen. Tabel Pertanyaan Seberapa sering Anda membaca cerita pendek? No Pilihan jawaban Jumlah Persentase 1 Sangat Sering 2 10 2 Sering 5 25 3 Kadang-kadang 8 40 4 Jarang 5 25 5 Tidak Pernah Sama Sekali - - Jumlah 20 100 Dari Tabel terlihat bahwa 2 reponden dari 20 responden menyatakan bahwa sangat sering dalam membaca cerpen dan 5 responden menyatakan bahwa frekuesi sering menjadi pilihan dalam membaca cerpen. Responden terbanyak menyatakan hanya kadang-kadang dalam membaca cerpen dengan jumalah 8 responden dan 5 responden dari 20 responden menyatakan diri jarang dalam membaca cerpen. Pada kategori tidak pernah sama sekali, tidak ada responden yang memilih kategori tersebut. Dari persentase keseluruhan maka dapat dinyatakan dalam membaca cerpen kebanyakan dari responden memilih frekuensi kadang-kadang dengan jumlah persentase 40 persen. Sedangkan responden yang memprioritaskan kegiatan membaca yang diisi dengan membaca cerpen dengan frekuensi sangat seringa hanya 10 % dari 100 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca cerpen bagi responden bukan menjadi kegiatan membaca yang diprioritaskan. Responden lebih banyak memilih kegiatan membaca hal yang lain sebagai kegiatan utama membaca atau memang kegiatan membaca bukanlah menjadi prioritas dari kegiatan yang dikhususkan bagi responden. Tabel Pertanyaan Kriteria manakah yang menurut Anda harus terdapat dalam cerpen yang “baik”? a. Responden 1 Kriteria emosional No Jawaban 1 Menyentuh hati 2 Memiliki makna yang mendalam 3 Bisa memotivasi pembaca dengan baik 4 Dapat mempermainkan emosi pembaca dengan baik 5 Realistis dengan kehidupan nyata Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Diksi bagus 2 Kosakata beragam 3 Tidak kaku dalam bahasanya 4 Alur menarik dan membuat penasaran 5 Judul menarik b. Responden 2 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang bisa membuat pembacanya terhanyut 2 Cerpen yang bisa membuat tegang 3 Cerpen yang bisa membuat penasaran 4 Cerpen yang bisa membuat terharu 5 Cerpen yang emosional Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Menggunakan gaya bahasa yang baku 2 Memuat alur maju ataupun mundur 3 Penyelesaian cerpen tidak menggantung 4 Memiliki bermacam-macam latar 5 Memiliki tokoh pendamping c. Responden 3 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang menarik pembaca kedalam suasana cerita 2 Yang bisa membuat menangis pembaca jika ceritanya sedih 3 Yang dapat memotivasi pembaca 4 Bisa menimbulkan rasa penasaran atau keingintahuan 5 Dapat membuat pembaca tertawa saat ada peristiwa lucu Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Alurnya jelas 2 Memiliki bahasa yang lugas dan mudah dipahami 3 Covernya menarik 4 Isinya tentang kehidupan nyata/sesuatu yang tidak biasa 5 Pemilihan karakternya harus cocok d. Responden 4 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang bisa membuat pembaca menghayati ceritanya 2 Mempunyai amanat yang bagus 3 Mempunyai pencitraan yang kuat 4 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Susunan stuktur ceritanya pas 2 Pemilihan diksinya pas 3 Penyusunan kalimatnya pas 4 5 e. Reponden 5 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang membuat perasaan sedih 2 Yang dapat membuat tokoh-tokohnya hidup atau kita bisa berimajinasi dari cerpen tersebut 3 Yang bisa membuat kita terhanyut dalam cerpen tersebut 4 Yang tokohnya seperti real di kehidupa nyata Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang temanya menarik 2 Bahasanya indah tetapi mudah dimengerti 3 Bahasanya puitis tapi jangan terlalu berat 4 5 f. Responden 6 Kriteria emosional No Jawaban 1 Punya pesan yang memotivasi 2 Membuat pembaca sedih dan hanyut dalam suasana 3 Membuat pembaca penasaran dengan endingnya 4 Bahasanya dapat membuat pembaca terbayang-bayang 5 Punya happy ending Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Bahasanya mudah dimengerti 2 Tersusun dengan urut sesuai kejadian sebenarnya 3 Tokohnya jelas 4 Suasananya bagus g. Responden 7 Kriteria emosional No Jawaban 1 Menumbuhkan semangat hidup 2 Menumbuhkan jiwa sosial 3 Menghilangkan amarah 4 Memberikan kesan romantis 5 Berakhir dengan senang Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Akhir cerita tidak menggantung 2 Tokoh yang kuat/ tegar 3 Menggunakan bahasa gaul 4 Tidak mengandung kata-kata kotor 5 Menggunakan gambar h. Responden 8 Kriteria emosional No Jawaban 1 Dapat mengubah-ubah perasaan 2 Dapat merasakan real cerita yang ditulis oleh penulis 3 Ending cerita tidak selalu bahagia 4 Tidak dalam kehidupan sehari-hari/ ceritanya jarang terjadi sehingga dapat membuat penasaran Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Tersirat 2 Ceritanya tidak terduga 3 Bahasa yang mudah dikenali 4 Tidak monoton jalan ceritanya 5 Banyak deskripsi/ keterangan perasaan, latar,dsb tergambar jelas i. Responden 9 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang selalu mengigatkan kita tentang Allah SWT dan kematian 2 Yang bisa memotivasi hidup 3 Yang membuat sedih 4 Yang mendidik 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Tidak bertele-tele 2 Temanya menarik 3 Judulnya menarik 4 Isinya membuat penasaran 5 Ada gambarnya j. Responsen 10 Kriteria emosional No Jawaban 1 Dapat memotivasi 2 Mampu membawa pembaca merasakan apa yang penulis rasakan dalam tulisannya 3 Tidak selalu happy ending, namun masalahnya yang ada dapat dijabarkan dengan jelas 4 Menyajikan banyak suasana hati 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Judulnya menarik tidak langsung menggambarkan apa isi dari cerpen 2 Masalah yang ditampilkan bukan masalah biasa 3 Menggunakan diksi dan ungkapan yang indah 4 Menyajikan kosakata baru, misalnya bahasa daerah atau bahasa asing disertai dengan arti 5 Diselipkan gambar/animasi yang menarik di cover ataupun sela-sela tulisan k. Responden 11 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang membuat penasaran 2 Yang membuat motivasi 3 Alur ceritanya menarik 4 Yang endingnya bahagia 5 Yang sulit ditebak ceritanya Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Gaya bahasanya enak 2 Temanya menarik 3 Alurnya menarik 4 Tokohnya sedikit 5 Latarnya tergambar dengan jelas l. Responden 12 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang bisa membuat pembaca ikut merasakan ceritanya 2 Yang dapat membuat pembaca penasaran 3 Yang dapat membuat pembaca tegang 4 Yang dapat membuat pembaca memahami isinya 5 Yang dapat membuat pembaca berimajinasi Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang alurnya maju 2 Isi cerita mengandung nilai moral yang baik 3 Bahasanya mudah dipahami 4 Penyelesaiannya tidak menggantung 5 Mempunyai isi cerita yang menarik m. Responden 13 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang membuat pembacanya penasaran 2 Yang membuatpembacanya tersentuh dari kata demi katanya 3 Yang membuat pembacanya suka pada pelaku cerpennya 4 Yang membuat pembacanya tidak bosan 5 Yangh membuat perasaan pembaca senang atau tegang Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang mengandung amanat. Tidak perlu amanat yang terlalu tinggi tingkatannya, yang sederhana saja tetapi dilakukan di kehidupan sehari-hari 2 Yang temanya mencakup real kehidupan orang-orang umum 3 Yang masuk akal 4 Pelakunya tidak berlebihan 5 Paragraf demi paragraf cerita menyambung n. Responden 14 Kriteria emosional No Jawaban 1 Menarik orang membaca hanya dengan summary-nya atau kalimat pertamanya 2 Tidak mudah ditebak alurnya 3 Baik alur atau tokohnya membuat pembaca tersentuh 4 Pembaca dapat tertarik ke dalam dunia cerpen tersebut 5 Membuat pembaca berpikir apabila cerpen tersebut benar terjadi dalam dirinya terjadi Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Diksi yang baik 2 Satu paragraf rimanya sama 3 Ide yang standar namun dikemas atau dikembangkan dengan baik 4 Ide yang berbeda misalnya sejarah namun ditulis dengan alur yang cerdas yang tidak membosankan 5 Akhir yang tidak diduga dan tidak kalah dengan isi ceritanya sendiri o. Responden 15 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang menyentuh hati 2 Cerpen yang membawa pembaca menjadi ikut terbawa dalam cerpen tersebut 3 Cerpen yang benar-benar mendeskripsikan tokoh dengan rinci agar dapat terbayang oleh si pembaca 4 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Alurnya maju atau mundur jangan campuran 2 Cerpen itu ada intisari atau pelajaran yang dapat diambil/dipelajari 3 4 5 p. Responden 16 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang penuh moral 2 Yang membuat penasaran 3 Yang membuat senang 4 Yang ceritanya membuat sedih 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang sulit ditebakk endingnya 2 Temanya bagus 3 Yang sususnan ceritanya hampir mirip kehidupan sendiri 4 5 q. Responden 17 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang membuat sedih 2 Cerpen yang romantis 3 Cerpen yang memacu adrenalin 4 Cerpen yang menyentuh kalbu 5 Cerpen yang bertema kasih sayang Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Diksinya bagus 2 Isinya membuat kita berpikir 3 Penataannya bagus 4 Isinya tidak membingungkan 5 Penempatan kalimat bagus r. Responden 18 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang dapat membuat orang ketagihan dalam membacanya 2 Yang dapat membuat orang merealisasikannya dalam kehidupan nasihat yang baik 3 Yang dapat membuat orang sedih/ikut merasakan apa yang diceritakan di cerpen 4 Mengambil kisah tentang masalah sehari-hari dan membuat solusi yang mudah 5 Yang dapat dibaca oleh semua umur dan semua golongan manusia di dunia Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti jika menggunakan kata tidak baku 2 Membuat alur yang jelas kronologi jelas 3 Menggunakan imbuhan yang tepat 4 Menggunakan kata yang tidak menghamburkan kata 5 Pelakunya jelas s. Responden 19 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang dapat membakar perasaan pembaca sesuai dengan suasana dalam bacaan 2 Yang dapat membuat pembaca ‗galau mau berpihak pada protagonis atau antagonis 3 Menyimpan amanat yang mendalam namun tersirat 4 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Perangkaian kalimat yang cerdas 2 Pemilihan kata yang tepat 3 Penggambaran suasana yang realistis sehingga pembaca dapat segera menvisualisasikan dalam otak 4 Perangkaian urutan kemunculan masalah yang membuat eakan masalah tidsak pernah habis 5 Akhir cerita yang tidak diduga t. Responden 20 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpennya dapat membawa perasaan ikut serta dalam cerpen 2 Membuat penasaran dengan cerita selanjutnya 3 Membuat tertarik saat membaca pertama kali 4 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Temanya unik 2 Penggambaran tokohnya jelas 3 Penggambaran ceritanya jelas 4 5 Tabel menggambarkan dasar penilaian pembaca terhadap teks sastra yaitu cerpen. Dalam tabel ini responden diminta memberikan dasar kriteria cerpen yang baik menurut masing-masing reponden. Dasar kriteria ini dibagi menjadi dua bagian yaitu kriteria emosional dan kriteria intelektual. Penggambaran tabel ini menggunakan saran Alan C. Purves dalam buku Evaluasi Teks Sastra karya Rien T. Segers yang menyatakan bahwa dengan menanyakan pendapat mengenai kriteria cerpen ideal itu lebih memberikan harapan dari pada menanyakan daftar nama cerpen favorit Dari perkiraan saran Purves bahwa dua kategori yang paling besar dan penting dari kriteri sastra yaitu segi intelektual dan emosional. Maka, kriteria tersebut menjadi dasar penelitian tabel dalam kuesioner ini. Dari tabel dapat diambil simpulan yang digambarkan pada tabel dibawah ini. Tabel Kriteria Intelektual Kriteria Jumlah Pemunculan Kriteria Keterangan Bahasa 26 Pemilihan diksi Kosakata beragam Gaya bahasa 84 Segers., Evaluasi Teks Sastra, hlm. 108 dalam penulisan pernyataan tersebut lebih menggunakan bahasa penulis. Mudah dipahami Bahasa lugas Penyusunan kalimat yang baik Bahasa puitis Bahasa gaul Tidak kaku Pemunculan kosakata baru Penggunaan kata tidak baku Penggunaan imbuhan yang tepat MEMBUATRINGKASAN Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan yang panjang dalam sajian yang singkat. CONTOH ANALISIS CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI . majalah horison blog bahasa perppusugm senogumiraajidarma Disdik Sleman buku sekolah elektronik kemendikdiknas biografi cerita rakyat sastra melayu.

Ringkasan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A. A Navis Tugas Pengkajian Cerita Rekaan, smt2 Di ujung jalan ada sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau itu ada seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek. Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih di kenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum. Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari. Jika dilihat sekarang, gambarannya seperti suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak di jaga lagi. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah kisahnya. Suatu hari aku datang mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang yang mengamuk pikirannya. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu. Kemudian aku duduk disampingnya dan berbicara pada kakek. Kita membicarakan tentang Ajo Sidi. Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepada Kakek. Apakah Ajo Sidi telah membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan Kakek. Kakek tersinggung dengan bualan Ajo Sidi. Kakek mulai menceritakan bualan Ajo Sidi. Kakek merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua yang dikerjakannya salah dan dibenci Tuhan? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat. Karena selalu beribadah kepada Tuhannya tak memikirkan suatu apapun. Tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Karena membiarkan anak cucu serta istrinya menderita, egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Padahal manusia hidup di dunia berkaum, bersaudara, tetapi tak dipedulikannya sedikitpun. Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek. Dan besoknya, terdengar kabar bahwa Kakek meninggal. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa dengan istrinya saja. Dan Ajo Sidi meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis sedangkan Ajo Sidi tetap pergi bekerja.

CerpenRobohnya Surau Kami. Kajian Struktural (Segi Objektif) Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis 1. Sinopsis. Cerpen Robohnya Surau Kami ini bercerita tentang seorang kakek yang hidupnya dihabiskan sebagai seorang penjaga surau (Garin). Namun, karena suatu peristiwa, kakek penjaga surau itu meninggal bunuh diri dengan sangat mengenaskan. Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 122337 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8306517c2c0eab • Your IP • Performance & security by Cloudflare
ResensiBuku Factfulness. Bersikap over-reacting dan mendramitisir segala hal dapat membuat kita stress dan tidak lagi berfikir secara rasional, buku ini menjelaskan tentang bagaiman sebisa mungkin kita dapat menghindari hal tersebut. “ the stres-reducing habit if only carrying opinios for which you have strong supporting facts.
Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin. Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok. Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai? Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja. Sumber A. A. Navis. Robohnya Surau Kami. Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Analisistentang novel Robohnya Surau Kami karya A.A Navis , sebuah novel lama yang memiliki banyak makna. by talita_kumala_1 in Types > School Work Latar Belakang Masalah Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Namun, jangan sekali-kali membaca ringkasan cerpen

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Cerita pendek “Robohnya Surau Kami” merupakan salah satu karya terkenal dari seorang sastrawan asli Minangkabau yaitu Ali Akbar Navis atau yang dikenal dengan nama Navis. Cerita pendek “Robohnya Surau Kami” ini diterbitkan pada tahun 1955 oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Berkat cerpen ini, Navis mulai dikenal di dunia sastra di “Robohnya Surau Kami” ini menceritakan seorang garin surau atau penjaga surau yang biasa dipanggil Kakek. Ia hidup sebatang kara dan hidup dari pemberian orang lain. Sejak muda ia telah mengabdi untuk menjaga surau, bahkan ia tidak memiliki istri dan anak. Yang ia lakukan hanya beribadah kepada Tuhan. Sampai disaat tokoh Ajo Sidi yang dikenal sebagai Si Pembual’ datang kepada si Kakek untuk berbincang mengenai kisah Haji Saleh yang diakhirat dikisahkan masuk neraka. Kisah yang disampaikan Ajo Sidi membuat Kakek gusar. Dalam kisahnya, Haji Saleh dimasukan ke neraka. Haji Saleh merasa tidak terima masuk ke dalam neraka karena menurutnya ia adalah orang yang rajin beribadah dan bahkan tidak pernah meninggalkan kewajiban dari tuhannya. Kemudian Haji Saleh dan teman-temannya yang juga dimasukan kedalam neraka datang menuntut kepada Tuhan atas semua ibadah yang dilakukannya. Alasan mengapa Haji Saleh dan teman-temannya dimasukan kedalam neraka tak lain karena selama hidupnya, Haji Saleh hanya memikirkan masalah akhirat tanpa menyeimbangkan dengan hal duniawi. Bahkan harta bendanya pun ia tidak peduli, yang Haji Saleh pikirkan hanyalah beribadah kepada Tuhan. Hingga anak cucunya hidup melarat walaupun pintar dalam urusan agama. Hal yang Haji Saleh pikirkan bagaimana kehidupannya di akhirat dan tidak sedikit pun memikirkan kehidupan keturunannya dalam kemelaratan. Karena itulah Tuhan memasukkan Haji Saleh ke dalam mendengar cerita dari Ajo Sidi mengenai Haji Saleh. Kakek Garin ini bimbang dan gusar. Memikirkan selama hidupnya ia melakukan hal yang sia-sia hanya beribadah kepada Tuhan tanpa berusaha di dunia. Kakek Garin tertekan dan tidak kuat memikirkan cerita dari Ajo Sidi tersebut. Keesokan harinya Kakek Garin ditemukan meninggal dengan menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematian Kakek ini sangat mengejutkan masyarakat sekitar, namun Ajo Sidi menyikapinya dengan membelikan 7 lapis kain kafan dan pergi untuk bekerja. Pada cerpen Robohnya Surau Kami ini memberikan pelajaran bahwa pentingnya melaksanakan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Seperti yang dikatakan dalam Hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar yang artinya “ Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok pagi”. Dalam hadist ini dapat disimpulkan kita bekerja untuk mendapatkan keperluan duniawi seperlunya sehingga kita diajak berpikir untuk hidup selamanya, dan beribadah semaksimal mungkin seperti tidak ada hari lain untuk beribadah kepada Tuhan. Namun pada kehidupan masyarakat saat ini, tidak hanya banyak orang yang hanya mementingkan kehidupan duniawi-nya tanpa memikirkan akhiratnya. Namun juga ada sebagian orang yang hanya mementingkan kehidupan akhiratnya saja yang tanpa mementingkan kehidupan dunianya. Seperti yang digambarkan pada cerpen Robohnya Surau Kami ini. Orang yang tidak menikmati kenikmatan duniawi yang telah diciptakan sedemikian rupa oleh Tuhannya, dan tidak peduli terhadap anak istri serta lingkungannya, cukup banyak terjadi di masyarakat dewasa lain yang terjadi di lingkungan tempat tinggal penulis sempat didatangi oleh sekelompok orang yang meninggalkan dunianya dan berfokus kepada akhirat. Sekelompok orang ini terdiri oleh orang orang biasa dan bahkan ada diantaranya orang-orang yang bekerja sebagai pegawai, pekerja bank yang meninggalkan pekerjaannya demi mengejar akhirat. Hal yang mereka lakukan adalah hanya mengaji, berzikir dan biasanya setelah sholat, mereka berkumpul dan seorang kepala dari kelompok tersebut akan memberikan ceramah kepada anggota kelompoknya yang lain. Bahkan tak jarang mereka juga mendatangi rumah-rumah masyarakat untuk mendakwahkan atau memberikan pelajaran-pelajaran mengenai agama. Namun , bagi sebagian orang hal ini mungkin sedikit menganggu. Karena bisa saja kelompok ini membawa pengaruh terhadap orang yang mendengar untuk ikut meninggalkan segala urusan dunia dan ikut kelompok tersebut untuk mengejar akhirat. ada salah seorang dari anggota kelompok tersebut yang sebelumnya keluar dari pekerjaanya dan mengejar urusan akhirat, kembali bekerja kantoran seperti sebelumnya. Hal ini dapat terjadi jika dia memiliki akal yang panjang dan iman yang kuat sehingga ia dapat memperbaiki diri dan mulai berusaha menyeimbangkan urusan dunia dan urusan akhirat sebagaimana yang diperintahkan Tuhan, berbanding terbalik dengan yang dilakukan tokoh Kakek Garin di cerpen Robohnya Surau Kami yang langsung putus asa dan memutuskan untuk mengambil jalan pintas yaitu menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur. Lihat Pendidikan Selengkapnya RingkasanCerpen Robohnya Surau Kami Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Robohnya Surau Kamikumpulan cerita pendek karya Navis / From Wikipedia, the free encyclopedia Robohnya Surau Kami adalah sebuah kumpulan cerpen sosio-religi karya Navis. Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah. Cerpen ini dipandang sebagai salah satu karya monumental dalam dunia sastra Indonesia.[1]
NovelGratis Robohnya Surau Kami Download Novel Gratis. Robohnya Surau Kami Karya A A Navis Ilmu Bahasa. ringkasan unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen robohnya. Analisis Cerpen Robohnya Surau Kami Awan Sundiawan. April 13th, 2018 - Posted on Februari 10 2014 in E book novels and tagged cerita robohnya surau kami kuumpulan cerpen novel
Sinopsis Cerpen Robohnya Surau Kami Karya Navis - Selamat siang, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis cerpen Robohnya Surau Kami karya Navis yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1955. Cerpen Robohnya Surau Kami ini menceritakan suatu tempat dimana ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Kemudian datanglah seseorang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat untuk menjadi garin atau penjaga surau tersebut, dan hingga kini surau tersebut masih tegak berdiri. Meskipun kakek atau garin dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada hal pokok yang membuatnya dapat bertahan, yaitu dia mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue, atau rokok. Kehidupan kakek ini sangat monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau, dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Hasil pekerjaannya itu tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Ajo sidi adalah seorang pembual yang datang kepada kakek penjaga surau sebelum kakek penjaga surau itu meninggal. Lalu, keduanya terlibat dalam sebuah perbincangan. Pada perbincangan itu, Ajo sidi mengisahkan tentang kejadian Haji Saleh di akhirat ketika dia dimasukkan ke dalam neraka. Haji Saleh tidak menerimanya karena Haji Saleh merasa dia adalah seorang yang rajin beribadah. Tak sekalipun Haji Saleh meninggalkan kewajiban Tuhan. Bahkan setiap waktunya hanya untuk menyembah Tuhan. Kemudian Haji Saleh datang menuntut kepada Tuhan atas semua apa yang dia kerjakan. Ternyata apa yang dikerjakan itu justru salah. Haji Saleh tidak seharusnya hanya mementingkan dirinya sendiri untuk beribadah dan sembahyang setiap waktunya demi masuk surga dan melupakan kewajibannya kepada anak dan isrtinya sehingga jatuh dalam kemelaratan. Itu yang membuat Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka. Padahal di dunia ini hidup berkaum, bersaudara, tetapi Haji Saleh tidak memedulikan mereka sedikit pun. Sepulangnya berbincang dengan Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Dia merasakan apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tidak pernah mengingat anak dan istrinya, tetapi dia pun tidak pernah memikirkan hidupnya sendiri sebab memang tak ingin kaya atau membuat rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhan. Dia tak berusaha menyusahkan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada penjaga surau begitu memikirkan hal itu dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tertekan dan tidak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia lebih memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengenaskan dan mengejutkan masyarakat sekitar. Semua orang berusaha mengurus jenazahnya dan menguburnya, kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematian sang kakek penjaga surau. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau, dia tetap pergi bekerja. Ajo Sidi yang mengetahui kematian kakek hanya berpesan kepada istrinya untuk membelikan kain kafan tujuh lapis untuk kakek, lalu dia pergi bekerja. Seperti rumah yang ditinggal penghuninya, surau yang dulunya digunakan untuk beribadah itu kini hanya dipakai untuk sekadar bermain anak-anak. Tidak ada lagi panggilan adzan, sholat berjamaah, dan lantunan ayat-ayat suci Al-quran. Bahkan jika ada ibu-ibu yang membutuhkan kayu bakar, tak segan-segan mengambil salah satu bagian dari tiang-tiang surau yang mulai lapuk dan hampir roboh. Tak ada lagi yang mau peduli terhadap surau tempat beribadah itu. Itulah pemandangan yang bisa dilihat dari surau seorang kakek setelah dia meninggal. Itulah tadi sinopsis cerpen Robohnya Surau Kami karya Navis. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.
Padacerita “Robohnya Surau Kami”, tergambarkan sekali kehidupan masyarakat Minangkabau. Cerita ini sangat mengagumkan hingga membuat buku ini terkenal sepanjang masa. Salah satu cerpen karya A.A. Navis seperti “Anak Kesayangan” juga memilki akhir yang sangat memilukan dan menyedihkan. Seorang ayah yang ingin anak kesayanganya menjadi
Resensi Cerpen "Robohnya Surau Kami" Judul Robohnya Surau Kami Tahun Cetakan ke empat belas, Januari 2008 Penerbit Gramedia Pustaka Utama Di suatu tempat ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin. Meskipun orang ini dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada yang paling pokok yang membuatnya bisa bertahan, yaitu dia masih mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue atau rokok. Kehidupan orang ini agaknya monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Lalu, keduanya terlibat perbincangan yang mengasyikan. Akan tetapi, sepulangnya Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Karena dia merasakan, apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tak pernah mengingat anak dan istrinya tetapi dia pun tak memikirkan hidupnya sendiri sebab dia memang tak ingin kaya atau bikin rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhannya. Dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka. Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja. • Keagamaan berisi petuah untuk beribadah tanpa menginggalkan kewajiban untuk bermasyarakat dan bekerja. • Kepemimpinan berisi kisah kepala keluarga yang lalai dalam menjaga keluarganya. Navis pengarang ini seperti ingin mengingatkan kita yang seringkali berpuas diri dalam ibadah, tapi sesungguhnya lupa memaknai ibadah itu sendiri. Kita rajin shalat, mengaji dan kegiatan ritual keagamaan lainnya karena kita takut masuk neraka. Kita menginginkan pahala dan keselamatan hanya untuk diri kita sendiri. Kita melupakan kebutuhan orang lain. Karenanya kita tidak merasa berdosa dan bersalah ketika mengambil hak orang lain, menyakiti perasaan sesama atau bahkan melakukan ketidakjujuran dan kemaksiatan di muka bumi. Beliau ingin mengajak kita menyeimbangkan antara hak dan kewajiban kita di mata Tuhan. Keselarasan harus tercipta karena itu adalah nyawa mengenai ketentraman hidup. • Latar Tempat kota, dekat pasar, di surau, dan sebagainya. • Latar Waktu Beberapa tahun yang lalu, pada suatu waktu. • Latar Sosial menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, kebiasaannya, cara hidup, dan bahasa. Alur cerpen Robohnya Surau Kami adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir. a Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain. Tokoh ini begitu berperan karena sebar tau dalam cerpen ini. b Ajo Sidi berwatak orang yang suka membual. c Kakek berwatak orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain dan lemah imannya. d Haji Soleh berwatak orang yang terlalu mementingkan diri sendiri. Di dalam cerpen ini pengarang memposisikan dirinya dalam cerita ini sebagi tokoh utama atau acuan sertaan sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita dan ini terasa pada bagian awal cerita. Di dalam cerpen ini ternyata pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam bidang keagamaan Islam, seperti garin, Allah Subhanau Wataala, Alhamdulillah, Astagfirullah, Masya-Allah, Akhirat, Tawakal, dosa dan pahala, Surga, Tuhan, beribadat menyembah-Mu, berdoa, menginsyafkan umat-Mu, hamba-Mu, kitab-Mu, Malaikat, neraka, haji, Syekh, dan Surau serta fitrah Id, juga Sedekah. Selain ini, pengarang pun menggunakan pula simbol dan majas. Simbol yang terdapat dalam cerpen ini tampak jelas pula judulnya, yakni Robohnya Surau Kami. Sedangkan majas yang digunakan dalam cerpen ini di antaranya majas alegori karena di dalam cerita ini cara berceritanya menggunakan lambang. Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata. Gaya bahasanya sulit di pahami, gaya bahasanya menarik dan pemilihan katanya pun dapat memperkaya kosa kata siswa dalam hal bidang keagaman. Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan karena pada hakekatnya kita adalah makhluk sosial. Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling mengejek atau menghina orang lain tetapi harus saling menghormati. Kita harus selau malakukan kehendak Allah dan jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti bunuh diri, mencemooh dan berbohong. Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha dengan sekuat tenaga dan selalu berdoa. Kita harus menjalankan segala perintah Tuhan dan memegang teguh nilai- nilai dalam masyarakat. Keunggulan dari cerita robohnya surau kami terletak pada bagaimana Navis mengakhiri cerita dengan kejadian yang tak terduga, lalu pada teknik penceritaan yang tidak biasa pada saat itu, tidak biasanya karena Navis menceritakan suatu peristiwa yang terjadi di alam lain. Bahkan di sana terjadi dialog antara tokoh manusia dengan Sang Maha Pencipta. Kelemahannya terletak pada gaya bahasa yang terlalu tinggi, sehingga sulit untuk dibaca.
YUbKUoY.
  • w3fl1lshq1.pages.dev/706
  • w3fl1lshq1.pages.dev/744
  • w3fl1lshq1.pages.dev/8
  • w3fl1lshq1.pages.dev/492
  • w3fl1lshq1.pages.dev/594
  • w3fl1lshq1.pages.dev/43
  • w3fl1lshq1.pages.dev/732
  • w3fl1lshq1.pages.dev/12
  • w3fl1lshq1.pages.dev/766
  • w3fl1lshq1.pages.dev/239
  • w3fl1lshq1.pages.dev/793
  • w3fl1lshq1.pages.dev/152
  • w3fl1lshq1.pages.dev/442
  • w3fl1lshq1.pages.dev/64
  • w3fl1lshq1.pages.dev/775
  • ringkasan cerita robohnya surau kami